Kasus

Pernah belanja online untuk sebuah barang ?, kemudian disodorkan daftar barang-barang lain sebagai pelengkap dari belanja awal kita ? Kemudian dengan sadar kita belanja terus-menerus untuk melengkapi barang yang kita beli pertama tadi.

misalkan :

kita membeli sebuah perabotan rumah yang bagus, kemudian merasa perlu ditambahkan peralatan bagus yang lain untuk menggantikan perabotan usang kita, berlanjut terus sampai keinginan kita untuk menggantikan semua perabotan dan peralatan yang ada di rumah kita.

atau

Belanja biasa di mall, atau pusat belanja perabotan, kemudian setelah membeli sebuah barang kemudian ditawarkan barang lain penunjang dari barang pertama. Dan kemudian kita dengan sadar membeli tambahan barang tersebut, walaupun tidak terlalu dibutuhkan.

Dua kasus diatas merupakan salah dua contoh dari Diderot Effect.


Pendahuluan

Keinginan manusia untuk memiliki barang-barang tertentu memang tidak ada habisnya.

Apalagi di zaman Work From Home (WFH) ini, serba online, banyak aplikasi e-commerce yang memanjakan kehidupan kita.

Atau di zaman ini kita bisa membeli barang yang kita butuhkan di Mall terdekat, pasar terdekat, Mall yang terintegrasi dengan apartemen kita, dll.

Ketika kegembiraan kita memiliki sebuah barang berkembang menjadi euforia, maka hal tersebut bisa memicu kita untuk membeli barang-barang lain yang berkaitan. Demi untuk gaya dan keinginan, dibandingkan dengan kebutuhan.

Kalau kita istilahkan ini bisa disebut sebagai Over Comsumption atau gejala Konsumerisme.

Kenapa disebut Diderot Effect ?

Denis Diderot adalah nama dari seorang penulis dan juga seorang filsuf abad 18 yang membuat essay mengenai pengalamannya sendiri tentang Over Comsumption yang dilakukannya.

Penyesalannya ditulis di essaynya seperti di Regrets for my Old Dressing Gown.

Bagaimana ceritanya ?

Denis Diderot pernah menjadi miskin, dan hidup sederhana, sampai seorang Ratu Rusia bernama Ratu Catherine membeli buku Ensiklopedia buatan Denis Diderot dengan harga £ 1.000 .

Seketika Diderot merasa kaya.

Kemudian Diderot mempunyai sebuah mantel mewah, entah karena dibelinya atau hadiah dari temannya.

Tetapi setelah ia kembali ke rumahnya, ia merasa mantel mewahnya tidak cocok dengan karpetnya yang lusuh, kursinya yang reyot, dan baju nya yang lain yang jelek.

Seketika ia merasa bahwa ia perlu membeli barang-barang lain untuk mengganti barang-barang usang yang ada di rumahnya.

Tujuannya agar bisa cocok dan serasi dengan mantel mewah yang dipunyainya.

Kursi baru, permadani mewah, baju baru dibeli oleh Diderot agar sesuai dengan mantel mewah yang dipunyainya.

Akibatnya uang yang dipunyai oleh Diderot habis, dan Diderot kembali menjadi miskin.

Sifat boros nya ini kemudian terkenal dengan Diderot Effect

Uniknya lagi di essay nya tersebut, Diderot menulis penyesalannya :

I don’t cry, I don’t sigh, but every moment I say: Cursed be he who invented the art of putting a price on common material by tinting it scarlet. Cursed be the precious garment that I revere. Where is my old, my humble, my comfortable rag of common cloth?

artinya

Saya tidak menangis dan tidak juga menghela nafas. Saya hanya menyalahkan orang yang begitu pintarnya menentukan harga yang memikat mata. Terkutuklah pakaian yang mewah ini.

Kalau kita cermati, maka memang kebiasaan membeli barang tambahan sampai berulang kali sebagai lanjutan dari membeli barang utama adalah efek dari daya pikat penjual, iklan, dan juga persepsi kita yang dibangun bersamaan dengan kita membeli barang tersebut.


Jadi bagaimana bisa menjelaskan hal ini bisa terjadi ?

Kalau kita kaji, maka kita bisa melihat dari 2 sisi :


  1. Sisi Pembeli/Consumer

Dari sisi pembeli, maka membeli sesuatu itu karena :

  • merupakan sebuah kesenangan, kebahagiaan, dan kepuasan.
  • menunjukkan identitas seseorang. Sering kita temui pada OKB (Orang Kaya Baru) atau pada orang yang ingin merasa diakui. Perilaku membeli sesuatu tanpa didasari oleh kebutuhan yang jelas, sejatinya karena keinginan untuk membentuk identitas sosial.
  • ada fantasi simbolik di balik barang-barang tersebut. Yang kemudian bisa diceritakan kembali kepada orang lain, atau diceritakan kepada anak keturunan dll. Dengan barang utama ditambahkan barang-barang tambahan lainnya membuat ceritanya semakin menarik.
  • menimbulkan rasa optimisme terhadap masa depan. Rasa optimis terhadap ruangan yang lebih bagus, tamu yang datang lebih terkesan, barang yang bisa dijual lebih mahal kalau lebih lengkap, dll.

  1. Sisi Penjual

Dari sisi penjual, maka menjual barang tambahan sebagai tambahan dari barang utama, karena :

  • meningkatkan penjualan dan pendapatan.
  • memudahkan pembeli dalam memenuhi kebutuhan tambahan dari barang utamanya.
  • sebagai analisa pasar mengenai perilaku konsumtif customer.
  • dll.

Apakah ini salah ?

Hmm, sesuatu yang berlebihan tentu saja punya efek negatifnya.

Apalagi terkait dengan konsumerisme.

Yang ujung-ujungnya duit.

Yang orang berlomba-lomba mengejarnya.

Dan orang dengan Diderot Effect , justu berlomba-lomba pula untuk menghabiskannya.

Sebuah ironi yang mungkin saja bagi sebagian orang tidak menyadarinya.

Akan tetapi tetap saja melaksanakannya dengan rasa senang.

Bagi sebagian orang tidak merasakan ini sebagai sebuah sesuatu yang salah, karena memang dari sisi sebagian orang pola konsumerisme mereka berbeda satu sama lain.

Orang yang memang kaya dari kecil, tentunya tingkat konsumerisme mereka secara logika lebih tinggi dari orang yang susah dari kecil atau memiliki pengalaman kesulitan keuangan dihidupnya.

Sehingga menghakimi salah atau tidaknya juga mungkin harus melihat latar belakang dan sejarah hidup si pelaku.

Apa yang menjadi efek dari Diderot Effect ini ?

Diderot Effect ini bisa berakibat :

  • meningkatkan perilaku konsumtif
  • tidak bisa lagi membedakan secara jelas mana yang kebutuhan, dan mana yang keinginan.
  • kurang mengasah kemampuan menganalisa dan mengambil keputusan terhadap hal yang penting, mendesak, bisa ditunda, dan opsional.

Kesimpulan

Diderot Effect adalah perilaku Over Konsumtif yang terbentuk karena kebiasaan, godaan, dan juga persepsi dari barang yang kita beli.

Diderot Effect secara logika merupakan bentuk pemborosan terhadap uang yang kita punyai untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu kita perlukan.

Bersikap bijak dan terkendali dalam membeli barang-barang baru yang tidak kita butuhkan merupakan solusi agar tidak terjebak dalam Diderot Effect ini.