Agile - Failfast
Pendahuluan
Jargon Failfast merupakan jargon yang bergaung ketika berbicara mengenai Agile, Startup, atau Lean
Fail fast, fail often
Jargon diatas menjadi viral ketika berbicara dengan founder, agile management, agile enthuastic, atau orang yang ingin produknya segera lauching di pasar.
Apa sih ini makhluknya ?
Fail fast, Fail often secara konsep artinya, dikutip dari sini :
By constantly trying to achieve your goals, you are bound to make many mistakes, but at the same time, you will learn new skills and get fresh insights.
terjemahan bebas :
Ketika kita berupaya mencapai tujuan, maka didalamnya kita akan menemui banyak kesalahan dan kegagalan, tetapi disaat yang bersamaan kita akan mendapatkan pengalaman dan keahlian baru.
Dengan kata lain, konsep ini menekankan bahwa ada sisi positif dari kegagalan.
Kegagalan adalah tahapan dalam mencapai tujuan.
Walapun pastinya sisi negatif dari kegagalan adalah yang paling disorot dan paling mudah dikenali.
Ya iyaalah, namanya kegagalan pasti akan membawa kerugian.
Kegagalan dari sisi bisnis bisa merusak reputasi, finansial, dan juga secara alur proses.
Jadi secara konsep Fail fast, Fail often sepertinya natural, tetapi secara implementasinya, sepertinya membahayakan. !
Wait, tapi apakah ini benar-benar maksudnya kegagalan sistem atau proses ?
Hmm, kalau kita lihat maksud dari Fail fast, Fail often ini bukanlah kegagalan sistem atau kegagalan proses.
Atau bukanlah kegagalan secara teknis, karena efeknya bisa akan sangat parah kalau diartikan sebagai kegagalan sistem.
Coba kita lihat beberapa Agile Principle berikut :
Our highest priority is to satisfy the customer through early and continuous delivery of valuable software.
Welcome changing requirements, even late in development. Agile processes harness change for the customer’s competitive advantage.
Simplicity–the art of maximizing the amount of work not done–is essential.
Topik utama dalam sebuah prinsip Agile adalah value yang dideliver ke customer..
Value dalam hal ini adalah Software, Fitur, Fungsi yang bisa memberikan keuntungan tambahan bagi customer, baik berupa keuntungan finansial, kemudahan proses, penyederhanaan alur proses, penghematan biaya, dll.
Jadi apa hubungannya dengan Fail fast ?
Jadi kalau dikaitkan dengan Agile, maka Fail fast akan selalu dikaitkan dengan value yang dideliver ke customer.
Mengutip dari sini
Fail fast is a philosophy that values extensive testing and incremental development to determine whether an idea has value. An important goal of the philosophy is to cut losses when testing reveals something isn’t working and quickly try something else, a concept known as pivoting.
terjemahan bebasnya :
Fail fast lebih kepada filosofi bahwa kita harus secara cepat dan teratur menguji sebuah ide yang “diduga” akan meningkatkan value bagi customer. Ketika sebuah ide tidak terbukti cukup meningkatkan value setelah diluncurkan, maka ini disebut fail dari sisi deliver value. Dan dengan cepat pula kita harus mengganti nya dengan ide lain.
Oleh karena itu, Fail fast dalam hal ini adalah secepat mungkin mengetahui bahwa ide yang yang kita “duga” meningkatkan value (yang ternyata dalam realitasnya tidak setelah diluncurkan), kemudian diputuskan bahwa ide tersebut adalah “fail”, dan kemudian kita tidak melanjutkannya, kemudian menggantinya dengan ide lain yang kita “duga” juga akan berhasil nantinya.
Begitulah seterusnya, fail often, sampai kita menemukan ide yang benar-benar meningkatkan value setelah diluncurkan.
Jadi Failfast dalam hal ini bukan coba-coba deploy sesuatu trus gagal secara sistem, trus kita fix lagi.
Thats too risky untuk proses, bisnis, dan juga secara teknis.
Failfast ini lebih terkait dengan kegagalan dalam realitas pasar/market setelah ide diimplementasikan.
Apa ide sebelumnya yang dilabrak oleh konsep ini ?
Konsep sebelumnya yang terkenal adalah :
Success = Ide + Determinasi/Kegigihan dengan ide tersebut
Artinya dengan ide awal kita, maka kita akan terus untuk terus konsisten.
Bukan kita yang melakukan adaptasi terhadap customer/pasar, akan tetapi customer/pasar yang harus menyesuaikan dengan ide kita.
Banyak yang berhasil dengan konsep itu, dan banyak juga yang gagal dengan konsep diatas.
Tapi kalau kita lihat beberapa kasus, maka tidak semua ide awal dari sebuah produk akan menjadi besar dengan ide awal tersebut, seperti :
- Instagram, dimulai dari aplikasi Burnb, aplikasi penentuan lokasi seperti Foursquare. [sumber]
- Facebook, dimulai dengan nama aplikasi FaceMash, aplikasi untuk menentukan siapa paling menarik di kampus. [sumber]
- Youtube, dari awal di desain sebagai situs mencari pasangan lewat video.
- dll.
Ada porsi perubahan prioritas, tujuan, dan fitur yang mau ditampilkan seiring berjalannya waktu.
Termasuk didalamnya ketika kita mengetahui bahwa ide kita itu tidak deliver value, atau ternyata ada ide lain yang akan lebih mendeliver value yang lebih bagus.
Maka kita dengan berani memutuskan bahwa kita “fail” untuk ide itu, dan mengganti fokus ke ide lain yang “diduga” lebih bagus.
Kesimpulan
Fail fast, Fail often bukanlah maksudnya kegagalan sistem.
Akan tetapi keputusan cepat dari kita untuk menyatakan “fail” mengenai ide yang tidak meningkatkan value setelah diluncurkan.
Kemudian menggantinya dengan ide lain yang lebih bagus.
Konsep ini terkenal di perusahaan startup, atau perusahaan berbasis digital dan customer oriented.
Dari konsep ini nanti bisa muncul istilah MVP (Most Viable Product).